Kamis, 27 Juli 2006
Oleh : Taufik Hidayat
Melihat potensi pasar yang besar itu, sejumlah perusahaan konsultan
asing pun ramai-ramai membuka kantor perwakilannya di sini. Sebut saja,
Boston Consulting Group; McKinsey & Co.; A.T. Kearney;
PriceWaterhouseCooper; Booz, Allen & Hamilton; dan Watson Wyatt Worldwide.
Memang, saat itu bisnis konsultan identik dengan orang asing. Maklumlah,
belum banyak orang lokal yang berani mendirikan perusahaan konsultan
ketika itu. Paling banter hanya sebatas menjadi tenaga konsultan pada
salah satu perusahaan konsultan asing. Kalaupun ada perusahaan konsultan
lokal yang telah berdiri pada era itu adalah The Jakarta Consulting
Group (JCG). Perusahaan yang dikomandani A.B. Susanto itu berdiri pada
1983. "Saya merasa terpanggil. Saat itu yang ada hanya perusahaan
konsultan asing. Kalaupun ada perusahaan lokal, hanyalah akuntan publik
yang memberikan jasa nasihat juga," ungkap A.B. Susanto, Mitra Pengelola
JCG.
Layaknya perusahaan konsultan asing, JCG juga memberikan layanan
menyeluruh. "Sejak awal kami memosisikan diri sebagai /management
consultant/, bukan /training provider/," ungkap A.B. Susanto. Karena
itu, JCG terbagi atas beberapa divisi, seperti pengembangan organisasi,
transformasi bisnis, /people management/, budaya perusahaan dan
/business marketing/.
Kondisi saat ini sudah jauh berbeda. Perusahaan konsultan lokal tumbuh
bak jamur di musim hujan. Dengan berbekal pendidikan tinggi dan
pengalaman kerja beberapa tahun saja, orang sudah berani mendirikan
perusahaan konsultan. Tidak sedikit profesional yang beralih profesi
menjadi konsultan dengan mengibarkan bendera sendiri.