Minggu, 05 Oktober 2008

Manfaluthi sang Sufi

Mushtafa Luthfi al-Manfaluthi
7 September 2005 at 2:37 pm · under Profile, Sastra · Update: 2 Jan 2006
al-Sayyid Mushtafa Luthfi al-Manfaluthi dilahirkan di kota Manfaluth, salah satu kota di propinsi Asiyuth (Tempat lahirnya Imam al-Suyuthi), pada tahun 1876 M. Manfaluthi tumbuh dalam keluarga terhormat dan sudah turun temurun memegang jabatan Qadha Syariat dan Organisasi Shufiyah semenjak 200 tahun. al-Manfaluthi mengikuti jejak orang tua dan moyangnya dalam belajar dan menimba pengetahuan.

Dia mula-mula belajar di Kuttab kampung seperti tradisi-tradisi yang berjalan pada waktu itu di berbagai wilayah Mesir. Dia hafal al-Qur`an semuanya ketika usianya masih belum mencapai 11 tahun. Kemudian ayahnya mengirimkannya ke al-Azhar bersama beberapa orang temannya sekampung. Dan ketika itu dia mendapat kesempatan belajar di bawah bimbingan Syaikh M. Abduh.
Setelah Abduh meninggal dunia, al-Manfaluthi pulang kampung dan mengkhususkan waktu selama dua tahun untuk mempelajari kitab-kitab sastra klasik seperti karya-karya Ibnu al-Muqaffa’, al-Jahizh, al-Mutanabbi, dan Abu al-A’la al-Ma’arri, sampai mencapai kematangan intelektual dan mempunyai karakteristik tersendiri yang belandaskan perasaan dan kepekaan jiwanya.
al-Manfaluthi mempunyai berbagai karya sastra yang sangat banyak. Berbagai pendapat dan tanggapan bermunculan menyambutnya dan menjadi pusat perhatian dan penelitian. Semua itu sebagai bukti bahwa karya-karyanya tercipta dari sebuah kematangan dan merupakan ungkapan yang terlahir dari sebuah bakat yang murni. Karya-karyanya menjadi saksi kebesaran dan kemampuannya. al-Manfaluthi pada awalnya menerbitkan karya-karyanya sehingga sampai kepada khalayak lewat beberapa media massa lokal seperti majalah-majalah al-Fallah, al-Hilal, al-Jami’ah, al-Umdah, dan lain-lain. Kemudian secara perlahan dia menerbitkan karyanya lewat media terbesar saat itu, yaitu al-Muayyad.
Di al-Muayyad dia menulis secara rutin dalam judul Nazharaat (Renungan-renungan) yang kemudian dikompilasi menjadi buku dengan judul yang sama sebanyak tiga juz. Beberapa karyanya yang lain adalah, al-’Abarat, fi Sabilit Taj, al-Syair (Sang Penyair), Majdulin (Magdalena), al-Fadhilah, dan Mukhtarat al-Manfaluthi.
al-Manfaluthi bukanlah seorang penulis sejarah sastra dan tidak pernah menulis buku yang bersifat pengajaran atau pembudayaan. Sastranya berkisar seputar apa yang bisa kita sebut dengan al-Adab al-Infi’aly (sastra emosi/perasaan), impresif. Dan barangkali termasuk dalam sastra dzauqi (rasa).
Kalau Rifa’ah al-Thahtawi kita kenal sebagai pioneer terjemah di Mesir, al-Barudi sebagai keagungan sastra Arab dan mengembalikannya pada orisinalitasnya, maka Mushtafa al-Manfaluthi adalah pioneer penulisan prosa bebas yang melepaskannya dari ikatan-ikatan saja’ (kesajakan lafazh), Jinas, dan penghiasan kata-kata yang tidak perlu, dalam aliran sastra prosa konservatif.
Al-Manfaluthi wafat pada tahun 1924 M dan kematiannya diabadikan oleh Ahmad Syauqi dalam sebuah kasidah yang panjang.
http://www.aman.web.id/2005/09/07/mushtafa-luthfi-al-manfaluthi/338/